Dalam rangka memperdalam semangat dan hasil Kapitel Umum FIC tahun 2024, para peserta Core Leadership diajak untuk meluangkan waktu satu hari untuk berefleksi dengan rekoleksi dari bahan Surat Edaran No. 2 yang dikeluarkan oleh Dewan Umum, dengan tema “Pembaruan Hidup Bakti dan Perutusan Kita dalam Semangat Sinodalitas'.
Dalam refleksi dan permenungan ini diawali dengan sharing untuk berbagi perasaan dan harapan. Dari hasil sharing para peserta mengatakan antusias untuk mengikuti lokakarya ini dan mengharapkan input yang diterima maupun diskusi-diskusi yang akan dilakukan dapat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman secara pribadi, dan bersama. Selanjutnya peserta diajak untuk merenungkan secara pribadi dan refleksi dari bahan yang ditawarkan tersebut. Ada beberapa poin pokok yang perlu mendapat perhatian, antara lain semangat sinodalitas dalam hidup berkomunitas, pembaruan hidup bakti, revitalisasi misi kepada kaum muda, serta promosi solidaritas dan kolaborasi.
Para peserta diajak untuk merenungkan bagaimana poin-poin pokok ini terwujud dalam kehidupan sehari-hari sebagai Bruder FIC dan dalam karya kerasulannya, di mana para bruder berupaya menghidupinya sesuai dengan gerak Roh Kudus. Melalui berbagi pengalaman, para peserta menyadari bahwa semangat sinodalitas memainkan peran penting dalam kehidupan para bruder untuk berjalan bersama, menghormati martabat orang lain, dan melayani dengan rendah hati. Dalam semangat ini, para bruder dipanggil untuk memperbarui hidup bakti dalam komunitas dan menghidupkan kembali misi kerasulan bagi kaum muda. Hari rekoleksi ditutup dengan sharing bersama dan perayaan Ekaristi.
Religious leadership - Servant Leadership
Kegiatan hari kedua diawali dengan ibadat pagi yang dipimpin oleh para bruder dari delegasi Ghana. Refleksi tema mengambil inspirasi dari injil Yohanes 13:1-17 tentang Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya. Yesus yang menunjukkan sikap pelayanannya.
Kemudian masuk pada sesi tentang Servant Leadership yang dibawakan oleh Bro. Nee Wayoe Bertrand dari kongregasi Bruder Holy Cross/Salib Suci. Beliau mengajak dalam kepemimpinan yang melayani dan partisipatif, menjelajahi gaya kepemimpinan yang mendorong kolaborasi dan inklusif dan sinodalitas. Serta mengambil inspirasi dari injil Lukas 22: 26. Siapa yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi pelayan. Selain itu juga diajak untuk masuk dalam kelompok dengan bahan pertanyaan karakteristik seorang pemimpin dengan membandingkan kepemimpinan religius dan non religius. Hasil dalam penemuan diskusi kelompok dipresentasikan.
Sesi sore para peserta diajak untuk berdinamika bersama dengan Mr. Willy Bastian, yang sudah sekian tahun menjadi sekretaris pelaksana di Dewan Umum FIC. Dia mensharingkan pengalamannya berkaitan dengan hal-hal praktis yang menyangkut tugas yang diembannya di sekretariat Dewan Umum.
Sesi terakhir ditutup dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Pater Charles SMM. Dalam homilinya Pater juga memberikan penegasan kembali berkaitan dengan kepemimpinan yang melayani. Seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri kongregasi Mgr. Rutten dan Br. Bernardus Hoeken.
Leadership Team Building
Kegiatan hari ini diawali dengan doa pagi yang dipimpin delegasi dari Provinsi FIC Indonesia dengan tema: “Sehati sejiwa dalam Kepemimpinan dan Persaudaraan”. Dalam doa pagi ini, diminta untuk membuka diri terhadap bimbingan Roh Kudus, agar pertemuan-pertemuan dan segala aktivitas sepanjang hari dapat menjadi persembahan kasih kepada Tuhan.
Dalam sesi ini secara khusus mendalami tema tentang membangun sebuh tim. Dengan memperkuat persatuan dan bersinergi dalam tim kepemimpinan yang kembali disampaikan oleh nara sumber Bro. Nee Wayue Bertrand asli orang Ghana dan saat ini sebagai Anggota Dewan Umum di kongregasinya yang berkedudukan di Roma Italia.
Setelah kemarin Br. Nee membahas tentang kepemimpinan yang melayani, pada kesempatan ini beliau beralih topik pembahasan tentang tim building. Diawali dengan cerita inspiratif dari sebuah perlombaan antara kelinci dan kura-kura.Siapa diantara mereka sebagai pemenangnya. Selama berkompetisi mereka menyadari bahwa mereka perlubekerja sama sebagai sebuah tim.Maka kelinci harus menggendong kura-kura untuk melintasi daratan yang luas, sementara kura-kura pada gilirannya harus menggendong kelinci untuk menyeberangi sungai. Dengan bekerja sama sebagai sebuah tim mereka berhasil mencapai garis finis secara bersama-sama dan keduanya sebagai pemenang. Oleh karena itu dalam membangun sebuah tim dibutuhkan sebuah sinergi, dengan bekerjasama untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar daripada melakukannya sendiri.
Dalam kisah Injil Markus 2:1-12 juga memberikan inspirasi dimana orang-orang bergotong royong menurunkan seorang yang sakit lumpuh dari atab rumah untuk sampai kepada Yesus meminta untuk disembuhkan. Semakin menggambarkan betapa pentingnya bekerjasama dalam tim, untuk saling percaya, saling mendukung, berkomunikasi satu sama lain, bekerja sama dan kreatif untuk mencapai suatu tujuan. Dalam konteks injil yaitu dapat sembuh, orang lumpuh yang mereka bawa tersebut. Maka kita juga membutuhkan elemen-elemen tersebut dan mungkin masih banyak lagi yang bisa diupayakan. Maka ketika dalam bekerja, sebuah tim yang kompak sangat diperlukan jika ingin mencapai kemajuan dalam mencapai tujuan tersebut.
Sesi terakhir di hari ini dengan tema yang berbeda yaitu tentang peraturan yang ada di dalam Konstitusi FIC terkait dengan kepemimpinan. Dalam kesempatan ini peserta diajak untuk merenungkan secara pribadi terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan berbagi dalam kelompok dimasing-masing provinsi dengan beberapa pertanyaan panduan yaitu apa relevansi Konstitusi dalam tarekat religius bagi kita, menyebutkan kharisma FIC serta misi kongregasi FIC.
Effective Communication
Kegiatan sepanjang hari ini dengan topik utama komunikasi yang efektif. Diawali dengan doa pagi bersama untuk membangkitkan semangat dari kekuatan Allah sendiri lewat doa tersebut yang dipimpin dari delegasi Malawi, yang juga memberikan nuansa reflektif dan spiritual menyatukan kepada para peserta lokakarya dalam kesatuan dan pengabdian, serta mempersiapkan hati dan pikiran untuk bekal pada sesi-sesi berikutnya. Sebelum masuk pada tema inti berkaitan dengan komunikasi yang efektif, diawali terlebih dahulu berbagi pengalaman dari masing-masing provinsi yang dipandu oleh Br. Raphael Besigrinee. Selama sesi ini peserta diajak untuk terlibat dalam diskusi yang memperkaya berkaitan dengan relevansi konstitusi dan peraturan-peraturan dalam kongregasi FIC. Diajak untuk merenungkan bagaimana dokumen-dokumen yang ada dalam konstitusi mendorong pemahaman yang lebih mendalam sebagai aturan hidup yang terus diimplementasikan dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang.
Sedangkan pada pokok tema hari ini Bro. Nee Wayoe Bertrand kembali mengajak masuk pada pendalaman berkaitan denga Komunikasi yang efektif. Menekankan pentingnya ruang pribadi dan komunikasi, menidentifikasi indikator kebiasaan berbicara yang baik dan benar,dan unsur-unsur penting dalam mendengarkan dengan baik dan benar.Bro Ne Wayoe juga membahas berbagai hambatan dalam mendengarkan orang lain yang tidak mudah tersebut. Serta menawarkan hal-hal praktis untuk merespon dan menanggapi secara efektif dalam sebuah pembicaraan atau percakapan. Beliau juga menyampaikan faktor-faktor yang menghambat komunikasi, serta memberikan pandangan yang berharga berkaitan dengan bagaimana ketegangan dan sikap defensif dapat muncul dalam interaksi dengan orang lain dapat disikapi dengan bijak. Juga menjelaskan tentang apa yang terjadi ketika komunikasi terputus dan berbagi strategi untuk meningkakan ketrampilan komunikasi secara verbal dan non verbal. Maka beberapa pokok bahasan yang disampiakan ini sungguh membantu para peserta untuk merefleksikan pola komunikasi setiap pribadi masing-masing dan bagaimana menumbuhkan lebih banyak pemahaman dan keterbukaan dalam kehidupan bersama dengan orang lain baik di komunitas, di unit karya dan dimanapun kita berada.
Sepanjang hari ini yang penuh dengan diskusi dan refleksi ditutup dengan perayaan ekaristi, dilanjutkan dengan makan malam bersama serta memberikan kepada para peserta untuk rekreasi, bersantai sejenak, berbagi pengalaman dan mempererat ikatan persaudaraan.
Digital Transformation and Leadership
Memasuki hari kelima kegiatan lokakarya ini, seperti biasa para peserta mengawalinya dengan ibadat pagi bersama yang dipimpin oleh Dewan Umum. Dalam doa diambil dari brevir ibadat pagi peringatan wajib St.Antonius dari Antiokia.
Kemudian lanjut dengan pembahasan materi yang pertama berkaitan dengan Transformasi digital yang dibawakan oleh Br. Clemen Naapire dari Ghana. Dia memberikan penjelasan banyak hal berkaitan dengan penggunaan media digital diera sekarang ini. Karena transformasi digital membutuhkan kepemimpinan yang adaptif,untuk mendorong budaya yang inovasi, kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi secara optimal,khususnya dalam kehidupan sebagai religius, penghayat hidup bakti. selain hal tersebut setiap provinsi dan RHN (Religius House Netherland) diminta sharing pengalaman berkaitan dengan penggunaan sarana teknologi digital disetiap provinsi masing-masing maupun dalam kehidupan para brudernya setiap hari. Bahwa kita semua tidak terlepas dari sarana tersebut guna menunjang kehidupan dan karya kerasulan secara bijak sesuai dengan norma kehidupan seorang religius.
Provinsial Selt - Financial Reliance
Dalam kesempatan ini menghadirkan nara sumber Mr. Raaijmaker Ton. Ahli ekonomi yang juga membantu menjadi konsultan keuangan di beberapa tarekat seperti FIC. Mr. Ton mengawali dengan ungkapan ungkapan menarik “Together Towards a Sustainable Future” Menuju kemandirian dalam finansial di setiap provinsi FIC. Dengan di awali dengan penjelasan mengenai situasi finansial terkini secara global maupun dalam lingkup kongregasi.
Mr. Ton juga mengajak untuk berdiskusi kelompok dengan beberapa bahan pertanyaan, bagaimana para bruder dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas keuangan, langkah-langkah apa yang diperlukan untuk menuju kemandirian finansial serta contoh-contoh kongret yang telah diusahakan oleh para bruder maupun di masing-masing provinsi.
Disela-sela pertemuan berkaitan dengan Core Leadership tersebut, ada sesi-sesi terbatas biasanya setelah makan malam yang digunakan oleh dewan umum untuk untuk mengadakan pertemuan dengan para bruder di masing-masing provinsi, misalnya, pertemuan DU dengan pemimpin provinsi dan wakilnya, pertemuan DU dan sekretrisnya bersama-sama dengan para sekretaris di setiap provinsi, maupun DU dan bendahara bersama-sama dengan bendahara di masing-masing provinsi.