Kerasulan antar jemput sekolah di Sukaraja merupakan bentuk pelayanan sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam bagi karya pendidikan Pangudi Luhur. Kegiatan ini lahir dari keprihatinan dan kepedulian terhadap anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah, serta dari kerinduan agar semakin banyak generasi muda mendapatkan kesempatan belajar yang layak. Dua wilayah yang selama ini menjadi fokus pelayanan adalah Banuayu yang berjarak sekitar 16 kilometer dan Margajaya yang berjarak sekitar 18 kilometer dari SMP Pangudi Luhur Sukaraja. Jarak yang tidak dekat ini menjadi alasan utama mengapa sekolah perlu hadir melalui pelayanan antar jemput. Perlu diketahui bersama. di Margajaya, anak-anak semua beragama muslim.
Pelayanan antar jemput sekolah mendukung anak-anak yang kesulitan transportasi. Anak-anak di Banuayu dan Margajaya sering menghadapi hambatan untuk pergi ke sekolah secara teratur, terutama karena tidak tersedianya kendaraan umum yang memadai dan kondisi jalan yang tidak selalu aman. Kehadiran mobil antar jemput membuat siswa dapat bersekolah dengan aman, teratur, dan tepat waktu. Sekolah dengan demikian mengambil peran aktif dalam menghapus kendala akses pendidikan bagi mereka yang membutuhkan.
Kerasulan ini juga berpihak kepada yang miskin. Banyak keluarga di dua wilayah tersebut hidup dengan penghasilan terbatas. Tidak semua orang tua mampu menyediakan biaya transportasi harian untuk anak-anak mereka. Karena itu, pelayanan antar jemput menjadi bentuk keberpihakan nyata, sebagaimana semangat Bruder FIC yang selalu mengutamakan kasih, pelayanan, dan perhatian kepada mereka yang kecil dan tersisih. Semangat ini bukan hanya semboyan, tetapi diwujudkan melalui kehadiran sekolah di tengah kebutuhan masyarakat.
Pelayanan antar jemput ini menjadi sebuah peluang besar bagi karya kerasulan sekolah. Setiap perjalanan memberikan kesempatan bagi Bruder dan para pendamping untuk menyapa anak-anak dengan hangat. Sapaan sederhana setiap pagi atau siang dapat menumbuhkan rasa aman, dihargai, dan dicintai. Anak-anak merasakan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi rumah kedua yang menghadirkan kasih yang konkret.
Selain itu, pelayanan antar jemput membuka ruang kehadiran Bruder secara langsung di tengah keluarga. Bruder dapat berjumpa dengan orang tua, berdialog ringan, mendengarkan kebutuhan, serta menjalin kedekatan dengan masyarakat. Kehadiran personal ini memberikan pengenalan positif tentang spiritualitas Bruder FIC dan karya pendidikan Pangudi Luhur. Masyarakat menjadi semakin percaya bahwa sekolah benar-benar peduli dan hadir bagi mereka.
Kegiatan antar jemput juga mendukung penambahan jumlah murid. Kehadiran pelayanan yang menyentuh kebutuhan dasar membuat orang tua memandang Pangudi Luhur Sukaraja sebagai sekolah yang ramah, dekat, dan terbuka. Banyak keluarga akhirnya memilih mendaftarkan anaknya karena mereka merasakan perhatian dan pelayanan yang nyata. Dengan demikian, kerasulan ini tidak hanya membantu anak-anak yang sudah belajar di sekolah, tetapi juga memperluas jangkauan pelayanan pendidikan kepada lebih banyak anak di wilayah Sukaraja dan sekitarnnya.
Namun, kerasulan sederhana ini tidak terlepas dari tantangan. Tantangan sering muncul dari internal sekolah, terutama dari para guru atau tenaga kependidikan yang harus menyesuaikan jadwal. Ada kalanya kegiatan antar jemput menuntut kedisiplinan tambahan, koordinasi yang lebih rapi, dan pemahaman yang sama tentang pentingnya pelayanan. Sebagian guru mungkin merasa keberatan karena tugas tambahan ini tidak langsung berkaitan dengan kegiatan mengajar di kelas. Sekolah perlu membangun pemahaman bersama bahwa pelayanan antar jemput adalah bagian dari misi pendidikan yang lebih besar: menghadirkan kasih dan pelayanan nyata kepada anak-anak yang membutuhkan.
Selain itu, kerasulan ini menuntut konsistensi, komitmen, dan kesabaran. Mobil antar jemput harus berjalan tepat waktu, rute harus diperhatikan dengan baik, dan kondisi kendaraan harus aman. Cuaca buruk dan kondisi jalan yang tidak selalu baik juga menjadi tantangan rutin. Namun, tantangan ini sekaligus menjadi sarana bagi sekolah untuk menunjukkan ketulusan pelayanan, karena kasih yang hadir di tengah kesulitan justru menjadi kesaksian yang paling kuat.
Kerasulan antar jemput sekolah menghadirkan banyak harapan. Sekolah berharap agar pelayanan ini dapat terus berjalan dengan baik dan memberi pengaruh positif bagi anak-anak serta keluarga mereka. Sekolah juga berharap agar karya kecil ini semakin mempererat hubungan antara Bruder, guru, siswa, dan masyarakat. Dengan relasi yang akrab, pendidikan tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga dalam pengalaman sehari-hari yang membentuk karakter anak-anak.
Sekolah berharap agar siswa yang dijemput setiap hari tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, bersyukur, dan berkarakter kuat. Pengalaman menerima kasih dan perhatian sejak kecil akan menumbuhkan kepedulian kepada sesama di kemudian hari. Kerasulan antar jemput menjadi sarana pembentukan karakter yang sangat praktis dan menyentuh nilai-nilai kemanusiaan.
Harapan lainnya adalah agar pelayanan ini menjadi cara bagi sekolah untuk terus berkembang dan semakin dipercaya masyarakat. Ketika sekolah hadir secara nyata dan penuh kasih, masyarakat akan melihat bahwa pendidikan Pangudi Luhur bukan sekadar lembaga akademik, melainkan komunitas yang membawa semangat kasih Kristus ke dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, kerasulan antar jemput sekolah di Sukaraja adalah karya sederhana yang penuh makna. Kegiatan ini mempertemukan pelayanan, kasih, dan pendidikan dalam satu langkah kecil yang berdampak besar. Sekolah hadir untuk mereka yang jauh, lemah, dan membutuhkan. Pelayanan ini bukan hanya perjalanan mengantar anak-anak ke sekolah, tetapi juga perjalanan membangun masa depan, menanam benih harapan, dan mewujudkan generasi yang berkarakter dalam terang kasih Tuhan. (Br.Andri Pratomo_Sukaraja)