RIWAYAT HIDUP DAN KENANGAN CINTA KASIH BR. ANTONIUS PARYANTO, FIC

RIWAYAT HIDUP DAN KENANGAN CINTA KASIH BR. ANTONIUS PARYANTO, FIC

Dalam rencana kasih Allah yang lembut namun pasti, lahirlah seorang anak sederhana dari Pucanganom, Srumbung, Magelang, pada 15 Februari 1959. Ia diberi nama Antonius Paryanto, putra bungsu dari tujuh bersaudara, buah kasih pasangan Thomas Suwardi Cokrodiwiryo dan Lusia Ngatinem. Ia tumbuh dalam keluarga Katolik yang bersahaja, rumah di mana doa, kesetiaan, kerja keras, dan pelayanan hidup menjadi bahasa sehari-hari.

 

Lingkungan Paroki Salam menjadi tanah subur yang sejak kecil menumbuhkan iman Br. Anton Paryanto. Dari keluarga yang hangat dan sederhana itulah benih panggilan hidup baktinya tumbuh perlahan. Bisikan lembut Tuhan disimpannya dalam hati dengan kejernihan dan ketulusan. Panggilan itu kian jelas ketika ia mengenal para Bruder FIC yang mendampinginya selama masa studinya di SPG Van Lith. Namun Anton muda memilih menunda keinginannya, bekerja lebih dahulu sebagai guru SD di Kudus selama enam tahun dan menyelesaikan studi Sarjana Muda di Universitas Muria Kudus (1983). Meski demikian, suara panggilan Tuhan tidak pernah padam; ia terus mengetuk hatinya hingga akhirnya, pada tahun 1985, ia mendaftarkan diri dan diterima sebagai postulan Kongregasi Bruder FIC. Dengan penuh iman ia meninggalkan kenyamanan pekerjaan, gaji, dan fasilitas yang selama ini menopang hidupnya. Ia kemudian menjalani masa Novisiat Kanonik pada 1 Juli 1986, mengikrarkan Kaul Pertama pada 2 Juli 1988, dan meneguhkan diri secara penuh melalui Kaul Kekal pada 11 Desember 1994. Sejak itu seluruh hidupnya ia persembahkan bagi Tuhan dan sesama dalam semangat persaudaraan dan pelayanan.

 

Bagi Br. Anton Paryanto, belajar adalah wujud persembahan diri. Ia percaya bahwa semakin kaya ilmu dan pengalaman yang ia miliki, semakin layak pula ia mendampingi orang lain. Karena itu ia menempuh pendidikan dengan ketekunan yang sunyi, tanpa banyak kata tetapi penuh kesungguhan. Setelah beberapa tahun mengabdi sebagai bruder, ia melanjutkan studi dan meraih gelar S1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di IKIP PGRI (1996). Semangat memperdalam kompetensi tidak berhenti di sana; ia kemudian menempuh studi S2 Manajemen di Universitas Kristen Jakarta (2004). Semua langkah pendidikan itu dijalaninya bukan demi gelar atau pengakuan, melainkan sebagai persembahan hidup: agar pelayanannya semakin matang, pendampingannya semakin bijaksana, dan karya yang ia persembahkan semakin menjadi kemuliaan bagi Tuhan serta kegembiraan bagi sesama.

 

Seluruh karya hidup Br. Anton Paryanto berakar pada dunia pendidikan. Ia hadir sebagai guru, pendamping, kepala sekolah, pemimpin komunitas, dan akhirnya sebagai pribadi doa. Dalam setiap perutusan ia dikenal sebagai sosok yang tenang, rendah hati, dan bertanggung jawab. Ia tidak banyak bicara, tetapi kehadirannya membawa keteduhan dan memberi ruang bagi orang lain untuk bertumbuh.

 

Br. Antonius Paryanto meninggalkan warisan rohani yang lembut namun kuat. Kesederhanaannya membawa damai. Ketekunannya menyalakan harapan. Cara ia menjalankan tugas, diam, setia, penuh tanggung jawab, menjadi ajaran yang tak pernah ia ucapkan dengan kata-kata, tetapi nyata dalam perbuatan. Ia bukan sosok yang mencari panggung. Namun justru dalam ketidakterlihatannya itulah ia memancarkan cahaya. Senyumnya yang tenang, sikapnya yang lembut, kesediaannya mendengarkan, serta kesetiaannya pada panggilan hidup bakti telah tinggal sebagai kenangan yang menguatkan banyak hati.

 

Semoga teladan hidupnya menuntun kita untuk hidup dengan hati yang sederhana, iman yang teguh, dan cinta yang mengalir tanpa banyak kata—seperti yang ia hidupi sepanjang hidupnya. Dan semoga Allah yang setia telah menyempurnakan seluruh perjalanan hambanya ini dengan damai. Selamat jalan, Br. Anton Paryanto. Selamat memasuki kebahagiaan abadi dalam pelukan kasih Bapa di surga.